Ketika kelas sepi, saat siswa lain sedang bercengkrama dan bercanda di halaman sekolah. Di sudut ruang kelas,Terlihat dua orang siswa dan siswi duduk di kursi pojok kelas. Ririn kenapa kamu terlihat sedih dan murung. Kamu tak seperti Ririn yang aku kenal dulu. Ceria, semangat, perhatian dan murah senyum. Butiran putih tak terbendung keluar dari ke dua mata Ririn. Hik…hik….hik bahu Ririn terlihat gemetar tidak sanggup mengeluarkan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Gede. Ririn berusaha berucap, namun tak sanggup bagi Ririn.
Gede dengan Setia menemani Ririn di kursi sudut kelas sambil menenangkan hati Ririn. Gede siswa yang penyayang, perhatian dan peduli terhadap semua orang. Di sisi lain gede juga siswa yang berprestasi dan ganteng. Banyak siswi yang menyukai Gede bahkan sanggup melakukan apa saja untuk membuat Gede menyukainya. Salah satu siswi yang bernama Luh Srik sangat menyukai dan menginginkan Gede untuk menjadi kekasihnya. Dia tidak sengaja melihat Ririn dan Gede berduaan di sudut kelas. Muncul ide-ide jail dalam pikirnya.
Luh Srik mengambil HP dari dalam sakunya, mengarahkan kamera kepada Ririn dan Gede, memperbesar ukuran foto lalu ” ceklek, ceklek, ceklek. Sudut bibir Luh Srik sedikit terangkat lalu tangannya terlihat mengutak atik HP. Luh Srik mengirim foto Ririn bersama Gede ke medsos. Hitungan detik foto Ririn dan Gede banyak menuai komentar. Bukanya menghibur hati Ririn yang lagi sedih malah komentar-komentar itu membuat Ririn semakin terpuruk. Ririn berlari sekuat kuatnya dari ruang kelas sambil menangis sejadi-jadinya. Gede tidak tahu apa yang terjadi dengan Ririn. Dia dengan cepat mengambil HP di dalam tasnya, tadinya Ia ingin menghubungi Ririn untuk memastikan apa yang terjadi. Namun matanya membulat ketika membuka notifikasi WAnya, terlihat fotonya bersama Ririn yang Solah-olah bermesraan di sudut ruang kelas. Gede meremas tangannya higa telapak tangannya terluka oleh kuku-kukunya.
Gede segera berlari menyusul Ririn. Dia mengedarkan pandanganya keseluruh halaman sekolah, namun Gede tidak melihat Ririn. Gede ingat Ririn pernah berkata “jika lagi sedih, Ririn suka duduk di tempat ini”. Gede segera berlari menuju ke taman dekat “Padmasa”. Di sana Ririn terlihat menenangkan diri, menarik napas panjang, dan mengelus dadanya. Aku harus sabar, demi membuat orang tuaku bahagia. Bisikan itu terdengar oleh Gede. Pelan-pelan Gede mendekati Ririn, dan duduk dengan tenang di sisi Ririn.
Ririn terkejut, kenapa kamu bisa ada di sini De? “Siapa dulu Gede…..” dengan wajah bahagia dan percaya diri menjawab pertanyaan Ririn Seolah-olah tidak ada masalah. “Kamu gak marah De, gara-gara aku nama baikmu jadi tercoreng? Kamu belum lihat foto-foto dan komentar – komentar tentang foto kita di medsos? Kamu tidak malu? Tanpa disadari pertanyaan itu mengalir dari mulut Ririn. Ngapain harus malu, harus marah, harus apalah. Aku sih santai aja. Gede dengan gamblang menjawab pertanyaan dari Ririn.
Setelah mereka diam untuk sesaat, Gede memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. “Rin boleh aku tanya sesuatu?” Boleh “jawab Ririn” kenapa kamu akhir-akhir ini terlihat murung, sedih, dan menjauh dari teman-teman. Emmmm mata Ririn terlihat berkabut, namun segera Ririn bernapas panjang. Untuk menormalkan suasana hatinya. Apa kamu serius ingin tahu apa yang aku alami akhir-akhir ini? Ya serius dan aku ingin menolong meringankan masalah yg kamu alami. Serius……Gede mengangkat dua jarinya. Aku janji akan selalu mendampingimu dan menolongmu Rin.
Aku tidak tahu mulai dari mana, cerita ke kamu De. Aku takut semakin lemah karena ada orang lain yang tahu tentang masalahku. Jangan takut Rin aku akan ngejaga rahasiamu jika memang tidak boleh ada orang tahu. De akhir-akhir ini aku melihat orang tuaku sering bertengkar, bapak sering pulang malam, dan tidak seharmonis dulu lagi. Aku kasihan sama ibu, yang dicuekin terkadang bapak sampai memukul ibu. Entah apa yang membuat orang tuaku seperti itu akhir-akhir ini. Tanpa Ririn sadari air mata Ririn membasahi kedua pipi Ririn. Aku malu De, jika teman-teman tahu masalah orang tuaku. Karena itu lebih baik aku menyendiri, dan tidak banyak omong dengan teman – teman. Aku takut aku keceplosan ngasi tahu tentang masalah orang tuaku.
Gede menarik napas panjang, dan berusaha berbicara selembut mungkin. Rin bukankah kita hidup memang untuk menyelesaikan masalah yang ada pada diri kita, seperti yang di bilang Ibu Ayu Tresna guru kita? Aku yakin saat ini dalam hidup orang tuamu ada sedikit masalah yang harus mereka selesaikan. Menurut aku kamu tidak boleh membuat dirimu punya masalah baru lagi. Kamu punya tanggung jawab untuk berprilaku wajar dengan teman-teman dan guru di sekolah. Dengan kamu bersikap seperti itu akan mengurangi masalah yang dihadapi orang tuamu Rin. Satu lagi usulku, coba kamu lebih perhatian kepada orang tuamu, dengan menghibur orang tuamu, merangkul mereka saat meraka lelah. Bisa saja denga rasa kasih sayang dan perhatianmu mereka jadi lebih sabar menyelesaikan masalahnya.
Ririn terlihat serius mendengarkan usulan Gede. Beberapa kali Ririn menarik napas panjang dan menghembuskanya. Benar juga usulmu de…..pantesan kamu juara 1 Umum di SMA N 1 Nusa Penida De. Aku salut padamu De. Tidak Ririn sadari, Ririn memeluk Gede lalu menarik tangannya mengajak Gede kembali ke kelas. Di kelas Bu Ayu Tresna sudah mengajar Bahasa Indonesia. Ririn dan Gede dipersilahkan masuk, dan teman-teman di kelas juga bersikap biasa saja. Karena sebelumnya Bu Ayu Tresna sudah memperingatkan, pada siswa untuk tidak menghakimi teman seenaknya. Karena pasti ada alasan bagi mereka sehiga berbuat seperti itu.
Siswa kelas X MIPA 1 menyelesaikan pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik dan tak terasa bel berbunyi. ” Kriiing….kriing….kriing” setelah Bu Ayu Tresna mengakhiri pelajaran, Gede mengangkat tangan dan berbicara ibu boleh saya minta waktu sebentar. ” Boleh… ada apa De?” Tanya ibu Ayu Tresna. Bu tentu ibu tahu tentang masalah foto-foto di medsos tadi, dan kenapa saya terlambat masuk kelas bersama Ririn. Saya mau menyelesaikan masalah ini Bu. Ok…. De, bisakah kamu memberi penjelasan kepada kami?. Bisa ibu, ijinkan saya memperdengarkan rekaman suara di HP saya. Gede memperdengarkan rekaman yang di miliki saat dia berbicara dengan Ririn di taman dekat “Padmasana” tadi. Diam-diam gede merekam pengakuan Ririn di taman kala berbicara di taman.
Suara rekaman berakhir, dan disambung oleh suara tepuk tangan dari ibu guru dan semua siswa di kelas X MIPA 1. Di sela-sela suara tepuk tangan terdengar suara Gede, maafkan aku Rin, itu caraku untuk menyelesaikan masalah foto-foto kita di medsos. Aku harap kamu tidak marah padaku Riin…… so sweet teriakan seluruh siswa di kelas. Air mata Ririn kembali membasahi pipi mulus Ririn. Tapi kali ini adalah air mata bahagi dan bangga memiliki sahabat seperti Gede…**********
Karya Ni Ayu Tresnadewi
Photo by Rizkhi Eka